Indonesia menempati peringkat ke-4 dalam daftar negara yang penduduknya bangun paling pagi di dunia. Menurut World Population Review Warga Indonesia rata-rata bangun pukul 6:55 pagi, hanya terpaut tipis di bawah Costa Rica (6:38 AM) dan Colombia (6:31 AM). Sebagai negara dengan populasi besar dan mobilitas yang tinggi, hal ini menggambarkan berbagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan bangun pagi masyarakat. Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab fenomena ini serta membandingkan Indonesia dengan negara-negara utama lainnya.
Salah satu alasan utama mengapa warga Indonesia bangun lebih awal adalah jam masuk kerja dan sekolah yang relatif pagi. Berdasarkan data dari BPS, jam kerja rata-rata di kota besar Indonesia dimulai pukul 8:00 pagi. Ini mendorong masyarakat, khususnya di perkotaan, untuk bangun lebih awal guna menghindari kemacetan lalu lintas yang kerap terjadi. Selain itu, anak-anak sekolah biasanya memulai aktivitas belajar pukul 7:00 pagi, membuat orang tua harus menyesuaikan jadwal mereka.
Jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki waktu bangun rata-rata sekitar pukul 7:09 hingga 7:20 pagi, perbedaan terlihat dari segi infrastruktur transportasi. Di negara-negara maju, sistem transportasi umum yang efisien memungkinkan pekerja untuk bangun lebih lambat karena waktu perjalanan yang lebih singkat. Di Indonesia, kemacetan lalu lintas dan minimnya transportasi umum memadai membuat warga harus memulai hari lebih awal agar dapat tiba tepat waktu di tempat kerja.
Moda transportasi umum seperti KRL Jabodetabek menjadi tulang punggung utama mobilitas jutaan pekerja di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penumpang KRL di Jabodetabek mencapai 290,81 juta pada tahun 2023, meningkat 36,5% dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun masih 13,4% lebih rendah dibandingkan dengan masa pra-pandemi pada 2019. Hal ini mengindikasikan ketergantungan yang tinggi pada transportasi umum di kawasan perkotaan.
Selain KRL, masyarakat juga memanfaatkan moda lain seperti TransJakarta dan MRT. Pada 2023, penumpang TransJakarta mencapai 280 juta, sementara penumpang MRT mencapai 33 juta, angka yang menembus rekor pra-pandemi. Kenaikan jumlah pengguna transportasi umum ini mencerminkan bagaimana sistem transportasi memainkan peran krusial dalam kehidupan pekerja perkotaan, di mana mereka harus mengandalkan moda transportasi ini untuk menghindari kemacetan, terutama pada jam-jam sibuk.
Selain itu, fenomena urbanisasi yang pesat juga turut memengaruhi waktu bangun pagi masyarakat Indonesia. Banyak pekerja di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung harus melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggal ke kantor. Sebagian dari mereka bahkan berangkat subuh untuk menghindari kemacetan atau mencari lahan parkir di area kantor yang terbatas. Hal ini berbeda dengan negara-negara yang berada di posisi lebih rendah seperti Arab Saudi (8:27 AM), di mana penggunaan kendaraan pribadi lebih teratur dan jalanan tidak sepadat di kota besar Indonesia.
Menurut laporan dari World Economic Forum mengungkapkan bahwa negara ini telah melakukan investasi besar-besaran dalam infrastruktur transportasi. Proyek-proyek seperti Riyadh Metro dan kereta cepat Haramain High-Speed Rail yang menghubungkan Mekkah dan Madinah menunjukkan komitmen pemerintah Arab Saudi dalam mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Selain itu, inisiatif Vision 2030 juga mendorong modernisasi transportasi umum untuk mendukung mobilitas yang lebih efisien di kota-kota besar Arab Saudi.
Namun, meskipun ada perkembangan infrastruktur transportasi umum, kebiasaan warga Arab Saudi masih sangat bergantung pada kendaraan pribadi. Hal ini berbeda dengan negara-negara seperti Indonesia, di mana keterbatasan transportasi umum membuat banyak pekerja harus bangun lebih awal untuk menghindari kemacetan atau mencari lahan parkir. Sebaliknya, di Arab Saudi, ruang jalan yang luas dan ketersediaan parkir memudahkan mobilitas harian tanpa harus terburu-buru.
Negara dengan waktu bangun paling lambat adalah Yunani, dengan jam rata-rata 8:25 pagi. Faktor budaya dan pola hidup yang lebih santai di kawasan Mediterania berkontribusi pada kebiasaan ini. Gaya hidup yang lebih seimbang dan lingkungan kerja yang cenderung fleksibel membuat warga Yunani tidak terburu-buru di pagi hari, berbeda dengan masyarakat perkotaan di Indonesia yang kerap dilanda tuntutan waktu.
Dari fenomena ini, terlihat bahwa jam bangun pagi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis, tetapi juga oleh dinamika sosial, ekonomi, dan infrastruktur di suatu negara. Di Indonesia, kompleksitas kota besar, tuntutan pekerjaan, dan infrastruktur transportasi yang belum optimal menjadi alasan utama mengapa penduduknya bangun lebih awal dibandingkan negara-negara lain.