Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan empat proyek hulu migas dapat onstream pada akhir tahun ini. Empat proyek tersebut diharapkan dapat menambah produksi migas nasional.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro memerinci keempat proyek itu diantaranya yakni West Belut berkapasitas 50 MMSCFD oleh Medco Natuna. Kemudian proyek Forel Bronang berkapasitas 10 ribu bph, proyek SP Puspa Asri dengan kapasitas 600 bph, proyek Kompresor Merbau berkapasitas 8 MMSCFD.
“Ada 4 proyek yang ditargetkan untuk onstream di tahun 2024, yaitu West Belut, Forel, Puspa Asri, dan Merbau. Untuk yang Minyak ada di Forel dan Puspa Asri. Ini yang menjadi fokus kita di sisa akhir tahun 2024,” ujar Hudi kepada CNBC Indonesia, Jumat (30/8/2024).
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan komitmennya untuk menggenjot produksi minyak siap jual atau (lifting) nasional. Sehingga target lifting minyak pada 2025 dapat tercapai.
Menurut Bahlil, guna merealisasikan target lifting minyak sebesar 605 ribu bph di 2025 dapat tercapai, maka pihaknya akan melakukan berbagai terobosan. Salah satunya melalui program reaktivasi sumur minyak yang saat ini tidak aktif atau idle.
“Sebagai Menteri ESDM baru, saya berkomitmen untuk mencapai target tersebut. Untuk itu diperlukan beberapa strategi pendukung. Pertama kami akan mendorong reaktivasi sumur di lapangan idle dengan SKK Migas, KKKS, dan Pertamina,” kata Bahlil dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (27/8/2024).
Kemudian strategi kedua. yakni mendorong intervensi teknologi. Ketiga, mendorong proyek minyak baru untuk segera berproduksi.
“Jadi nanti yang sudah barangnya udah ada sudah eksplorasi, kita akan ngomong bersama-sama KKKS dan SKK Migas untuk kita lakukan percepatan, jangan barang sudah ada di endap-endap aja, tunggu harga naik baru diproduksi,” kata Bahlil.
Keempat, mengawal dan mendukung KKKS yang memiliki volume produksi besar, dan yang diproyeksikan mampu meningkatkan produksinya, termasuk Pertamina Hulu Rokan (PHR), Pertamina EP, ExxonMobil, Pertamina Hulu Energi (PHE), dan Medco Energi.
Kelima, mendukung keekonomian KKKS agar melakukan pengeboran secara optimal, diantaranya implementasi Permen ESDM 13/2024 terkait skema gross split baru dan fleksibilitas perubahan gross split menjadi cost recovery.
Selain itu, Bahlil juga akan membereskan terkait persoalan perizinan di sektor hulu migas yang dinilai masih menghambat para investor dalam merealisasikan kegiatannya.
“Dukungan terkait perizinan, ini kita akan coba untuk komunikasi dan nanti kami KESDM dan Kementerian Investasi dan KLHK akan coba bicarakan hal ini agar KKKS ini jangan mereka menunggu karena kadang-kadang ini lambat bukan hanya dari pengusahanya, lambatnya dari pemerintah juga, ini orang buat AMDAL aja lama, gimana orang mau bor minyak kalau barangnya lama,” kata dia.