Kekuatan relatif dolar Singapura diramalkan akan menurun dalam beberapa bulanke depan. Hal ini diprediksi oleh sejumlah analis yang mengaitkan nilai mata uang Negeri Singa dengan keadaan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Mengutip Channel News Asia (CNA), analis menyebut nilai dolar Singapura mungkin akan berkurang jika ekonomi AS mengalami soft landing dan terhindar dari resesi. Mereka mengaitkan dengan bagaimana pelemahan dolar AS menjadi alasan utama mata uang Singapura mencapai level tertinggi dalam 10 tahun.
“Kami masih berada di kubu non-resesi. Jika data ekonomi menunjukkan bahwa AS dapat menghindari resesi, dolar AS dapat memperoleh kembali kekuatannya,” kata Sim Moh Siong, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore, Jumat (30/8/2024).
“Kami pikir pasar telah melangkah terlalu jauh dalam hal mengantisipasi laju pemotongan suku bunga yang agresif,” tambahnya.
Menurut Bloomberg, dolar Singapura mencapai level yang terakhir terlihat pada tahun 2014 terhadap dolar AS pada Jumat lalu (23 Agustus). Dolar telah diperdagangkan sekitar 1,30 terhadap dolar AS minggu ini, dibandingkan dengan 1,337 pada awal Agustus dan 1,358 pada awal Juli.
Selain suku bunga, ada dua alasan lain yang membuat dolar AS diprediksi akan melemah terhadap dolar Singapura. Yang pertama adalah Wakil Presiden AS Kamala Harris tampaknya memiliki peluang lebih baik untuk memenangkan pemilu, dibandingkan dengan Presiden Joe Biden.
“Sebelumnya, ketika mantan presiden Donald Trump memimpin terhadap Biden, pasar khawatir tentang risiko tarif. Hal itu kemudian menyebabkan dolar AS menguat,” ungkap Sim.
Alasan kedua pelemahan dolar AS adalah perdagangan carry. Ini merupakan situasi di mana investor meminjam dalam mata uang dengan suku bunga yang lebih rendah seperti yen untuk berinvestasi dalam mata uang dengan suku bunga yang lebih tinggi seperti rupiah Indonesia.
“Berakhirnya perdagangan carry telah mengakibatkan penguatan yen yang cukup besar. Mata uang Asia lainnya cenderung menguat bersama yen, jadi dolar Singapura mungkin diuntungkan dari itu,” tambahnya.
Lebih lanjut, Sim Bank of Singapore mengatakan pasar sekarang memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 100 basis poin untuk sisa tahun ini. Diketahui, hanya ada tiga pertemuan The Fed yang tersisa pada tahun 2024.
Federal Reserve AS biasanya bergerak 25 basis poin pada satu waktu. Hal ini berarti pasar mengharapkan penurunan yang lebih besar dari biasanya sebesar 50 basis poin pada salah satu pertemuan tahun ini.
“Yang berubah adalah pasar sekarang mengharapkan laju pelonggaran yang jauh lebih agresif karena kekhawatiran resesi AS,” tuturnya.