Tim Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FKK Unusa) menciptakan inovasi atasi stunting, yakni NU-Posting (Nahdlatul Ulama – Pojok Stunting), sekaligus membuatnya dalam bentuk aplikasi.
“Hal itu menjadi bagian dari kegiatan pemberdayaan masyarakat desa yang kami adakan di Desa Parseh, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan,” kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Unusa, Dr. Ika Mardiyanti, SST., M.Kes., dalam keterangannya di Bangkalan, Selasa.
Menurut dia, stunting yang masih banyak ditemui di wilayah dengan akses pelayanan kesehatan yang terbatas, membuat tim Unusa tergerak menciptakan inovasi atasi stunting, yakni NU-Posting berbentuk aplikasi, sekaligus edukasi dan intervensi kesehatan, untuk mewujudkan desa siaga bebas stunting.
“Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan hasil tindak lanjut implementasi dari penelitian yang dilakukan oleh Irawati, seorang mahasiswi profesi bidan Unusa yang telah lulus pada Mei 2024. Penelitiannya berfokus pada penanggulangan masalah stunting melalui pijat Tuina, sebuah teknik pijat tradisional yang berasal dari Tiongkok,” katanya.
Dalam penelitian tersebut, Irawati menemukan bahwa pijat Tuina dapat memberikan dampak positif dalam mencegah stunting pada anak-anak.
“Inovasi dari kegiatan ini berangkat dari penelitian seorang mahasiswi, yang kemudian kita bersama melakukan tindak lanjut dan implementasi,” katanya.
Akhirnya, NU-Posting dibentuk di Puskesmas Jaddih, Desa Parseh, sekaligus menciptakan aplikasi NU-Posting untuk memudahkan pemantauan dan edukasi kepada masyarakat.
“Alhamdulillah, implementasi ini juga mendapatkan hibah PPM dari Kemenristekdikti melalui DitjenDiktiRistek,” jelasnya.
Dalam aplikasi NU-Posting terdapat deteksi dini stunting, pemantauan gizi anak, modul pijat tuina, hingga video membuat resep masakan gizi seimbang yang bisa diterjemah ke Bahasa Madura. Tujuannya, agar masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan secara mandiri di lingkungan mereka.
“Harapan kami inovasi ini dapat meningkatkan keilmuan, dan kami berupaya semaksimal mungkin agar inovasi ini dapat terus dilanjutkan,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Irawati, mahasiswa lulusan profesi bidan Unusa, mengatakan bahwa dirinya merasa bangga dan bersyukur dapat menerapkan penelitiannya ini menjadi kegiatan yang solutif, bahkan dapat dikembangkan menjadi sebuah teknologi inovasi.
“Alhamdulillah yang awalnya saya hanya menjadikan ini sebagai penelitian studi, akhirnya didukung penuh beberapa pihak diantaranya dosen saya di Unusa, kepala desa juga memfasilitasi posyandu rutin di Desa Parseh wilayah kerja Puskesmas Jaddih sebagai upaya pencegahan stunting juga. Semoga dengan pijat tuina bisa mengatasi permasalahan stunting di Indonesia ini,” ucapnya.
Menurut data Dinas Kesehatan Pemkab Bangkalan Kecamatan Socah, termasuk salah satu kecamatan yang memang termasuk lokus stunting dan gizi buruk di kabupaten paling barat di Pulau Garam itu.
Pada 2022, balita dengan kategori gizi buruk terdata di angka 3,9 persen, tapi saat ini menurun drastis bahkan hingga nol kasus gizi buruk.
Sementara untuk kategori balita kurang gizi yang sebelumnya di angka 8,2 persen, sekarang turun di angka 6 persen.
“Melalui metode pijat tuina ini, penurunan angka gizi buruk dan gizi kurang sangat drastis dan sangat bermanfaat bagi para balita, khususnya di Puskesmas Jaddih. Kami sangat bersyukur juga atas inovasi yang dikembangkan oleh pihak Unusa dengan adanya NU-Posting juga, yang di dalamnya ada modul edukasi pijat tuina,” kata Kepala Dinkes Bangkalan Nur Hotibah.
Ia juga menyatakan, pihaknya akan segera menerbitkan regulasi yang mendukung replikasi pijat tuina di puskesmas-puskesmas lain yang belum ter-edukasi mengenai metode itu.
“Langkah ini sangat penting untuk memastikan bahwa seluruh balita di Kabupaten Bangkalan, terutama yang berada di daerah terpencil, mendapatkan akses yang sama terhadap intervensi yang telah terbukti efektif ini,” katanya, menambahkan.