Baru Dilantik Prabowo Langsung Dapat 8 Kado, Termasuk dari AS!

Presiden terpilih RI ke-8 Prabowo Subianto tiba di DPR RI, Jakarta, Minggu (20/10/2024). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Resmi dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan mendapatkan delapan kado bahagia, salah satunya datang dari Amerika Serikat (AS).

1. Inflasi Rendah

Kado pertama yang akan didapatkan Prabowo Gibran di masa baru jabatannya adalah dari kondisi inflasi yang semakin mendingin.

Inflasi Indeks Harga Pangan (IHK) Indonesia sampai September 2024 tercatat tetap rendah di seluruh komponen sebesar 1,84% yoy, terjaga dalam kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) 2,5±1%.

Inflasi inti juga masih dalam sasaran sebesar 2,09% yoy dan inflasi volatile food (VF) melandai menjadi 1,43% yoy, dari level bulan sebelumnya 3,04% yoy.

Penurunan inflasi VF didukung oleh peningkatan pasokan pangan seiring berlanjutnya musim panen, eratnya sinergi pengendalian inflasi Tim Pengendalian Inflasi Pusat atau Daerah (TPIP/TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), serta pengaruh base effect harga pangan.

Ke depan pemerintah dan BI meyakini inflasi IHK akan tetap terkendali dalam sasaran.

“Ke depan, Pemerintah dan BI meyakini inflasi IHK tetap terkendali dalam kisaran sasarannya. Inflasi inti diperkirakan terjaga seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik, imported inflation yang terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah, serta dampak positif berkembangnya digitalisasi” Merujuk siaran pers Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) pada Jumat (18/10/2024).

2. Pivot The Fed Dimulai, Era Suku Bunga Tinggi Usai

Berikutnya kado datang dari Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) yang sudah mulai melakukan pivot atau menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya pada September lalu setelah empat tahun lamanya.

Pada bulan lalu, tepatnya pada Kamis (19/9/2024) The Fed mengejutkan dunia dengan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%/
Pemangkasan sebesar 50 bps lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang hanya 25 bps. Pemangkasan ini merupakan yang pertama sejak Maret 2020 atau empat tahun lalu saat awal pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih dari setahun.

The Fed dalam keterangannya menjelaskan pemangkasan suku bunga dilakukan karena meyakini inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2%. Namun, faktor utama dari pemangkasan sebesar 50 bps adalah tingkat pengangguran AS yang melambung.

“Mengingat kemajuan dalam inflasi dan keseimbangan risiko, Komite memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps,” tulis The Fed dalam website resmi mereka.

3. BI Rate Ikut Turun, Era Suku Bunga Rendah Segera Dimulai

Bank Indonesia (BI) juga seirama dengan the Fed yang ternyata ikut memangkas suku bunga pada September lalu.

BI terbilang lebih forward looking dalam hal memangkas bunga. Pasalnya, kebijakan ini diambil sehari sebelum the Fed mengejutkan pasar menurunkan suku bunga agresif sebesar 50 bps.

Kebijakan BI pada bulan lalu memutuskan memutuskan memangkas BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6%. Suku bunga Deposit Facility juga dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

“Keputusan itu konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi pada 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah 2,5 plus minus 1% penguatan stabilitas nilai tukar rupiah dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional ke depan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/9/2024)

Secara keseluruhan, efek pemangkasan suku bunga pada tahap awal dan kemungkinan masih bisa turun mengikuti inflasi yang semakin mendingin akan menjadi kado bahagia di masa awal pemerintahan Prabowo – Gibran.

Nantinya, suku bunga yang turun dan kembali ke level rendah akan memberikan lebih banyak suntikan likuiditas ke pasar, semakin banyak penyaluran kredit bergerak menjadi permodalan ke sektor produktif yang kemudian akan menggerakan perekonomian lebih positif.

4. Cadangan Devisa RI Tebal

Kado selanjutnya datang dari cadangan devisa (cadev) RI yang masih cukup tebal. BI mengungkapkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2024 tetap tinggi sebesar US$ 149,9 miliar.

Meskipun, posisi tersebut turun dibandingkan posisi pada akhir Agustus 2024 sebesar US$ 150,2 miliar, tetapi cadev Indonesia masih cukup untuk pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” papar Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Senin (7/10/2024).

Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal. Prospek ekspor yang tetap positif, neraca transaksi modal dan finansial yang diperkirakan tetap mencatatkan surplus sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal.

5. Rupiah Menguat, Berbalik Semakin Stabil

Seiring dengan cadev yang masih tebal dan prospek pemangkasan suku bunga AS berlanjut. Mata uang Garuda terpantau berbalik arah semakin stabil dalam beberapa bulan terakhir.

Pada tahun ini, rupiah sempat menyentuh posisi paling mahal terhadap dolar AS pada Juni mencapai Rp16.400/US$.

Masuk kuartal III/2024, pergerakan rupiah semakin menguat hingga lebih dari 7%. Posisi akhir September dolar sempat menyentuh level Rp15.000/US$.

Kemudian pada Oktober, rupiah kembali dalam level pelemahan tetapi masih dalam area cukup stabil di bawah Rp15.500/US$.

Melansir Refinitiv, pada akhir perdagangan Jumat (18/10/2024) rupiah berakhir di posisi Rp15.460/US$. Dalam sehari rupiah menguat 0,19% melanjutkan tren positif selama tiga hari beruntun. Sehingga, dalam seminggu ini rupiah sudah menguat 0,74.

6. Asing Balik Lagi Pasar Saham Bergairah

Penguatan rupiah ini sejalan dengan dana asing yang kembali lagi Tanah Air. Pasar saham juga ikut bergairah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan lalu, tepatnya pada perdagangan Kamis (19/9/2024) sempat mencetak rekor tertinggi di 7.905,39 setelah naik 0,97% dalam sehari.

September yang biasanya menjadi bulan yang sering dilanda kecemasan malah menjadi masa keemasan diikuti aliran dana asing masuk deras.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat net buy asing mencapai Rp21,91 triliun pada September. Sepanjang pekan ini, asing juga masih tercatat net buy di keseluruhan pasar mencapai Rp1,21 triliun, semakin membaik dari pekan sebelumnya sempat net sell sebanyak Rp4,56 triliun.

7. Commodity Boom Dimulai Lagi

Kado selanjutnya datang dari potensi commodity boom yang akan dimulai lagi berkat efek pemangkasan suku bunga AS yang akan membuat indeks dolar AS (DXY) mendingin.

Biasanya ketika DXY turun maka dolar akan dinilai semakin murah oleh mata uang lain yang membuat minat untuk membeli komoditas meningkat.

Dalam hal ini, Indonesia yang merupakan salah satu eksportir komoditas terbesar dunia tentu akan diuntungkan yang akan membuat neraca dagang Indonesia lanjut surplus.

https://happyblog.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*