IHSG Sumringah Pekan Ini, 3 Kali Cetak Rekor Baru

PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) yang merupakan emiten Grup Bakrie, PT Terang Dunia Internusa Tbk (UNTD), emiten sektor teknologi PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) dan PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk (MPIX).
Foto: (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini terpantau cerah bergairah dan terus mencetak rekor terbarunya, di tengah meningkatnya optimisme pelaku pasar global akan pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS).

Sepanjang pekan ini, indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melesat 1,71% secara point-to-point (ptp). Kinerja IHSG pada pekan ini lebih baik dari pekan lalu yang hanya menguat 0,67%.

Bahkan pada pekan ini, IHSG berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) sebanyak tiga kali, dengan dua hari beruntun mencetak ATH. Rekor pertama di mulai pada perdagangan Selasa yang ditutup menguat 0,76% di posisi 7.761,39. Kemudian pada Kamis dan Jumat pekan ini, IHSG kembali mencetak rekor.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 57,2 triliun. Investor asing pun mencatatkan inflow atau pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 3,49 triliun di seluruh pasar dengan rincian sebesar Rp 3,12 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 372,61 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

IHSG yang bergairah di tengah semakin meningkatnya optimisme pelaku pasar global akan pemangkasan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Hal ini terjadi setelah inflasi terbaru Negeri Paman Sam melandai dan makin dekati target The Fed, serta data tenaga kerja yang cenderung stabil.

Pada Rabu malam waktu Indonesia, Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (IHK) naik 0,2% secara bulanan (month-to-month/mtm)pada bulan lalu setelah naik dengan tingkat yang sama pada Juli lalu. Ini sesuai dengan perkiraan pelaku pasar.

Sementara dalam basis tahunan (year-on-year/yoy), data IHK AS pada Agustus tercatat mengalami inflasi 2,5%. Inflasi ini menjadi yang paling lambat sejak Februari 2024 dan lebih baik dari ekspektasi yang memperkirakan tumbuh 2,6% yoy dari inflasi 2,9% pada Juli 2024.

Adapun untuk IHK inti AS tidak terduga secara bulanan naik 0,3% dibandingkan ekspektasi sebesar 0,2%, sama seperti bulan sebelumnya. Meski demikian, dalam basis tahunan, inflasi inti masih mempertahankan 3,2% sesuai proyeksi pasar.

Sementara itu Kamis malam waktu Indonesia, indeks harga produsen (IHP) AS pada Agustus lalu naik 0,2%, dibandingkan dengan estimasi pertumbuhan 0,1%. Angka inti, yang tidak memperhitungkan harga pangan dan energi yang fluktuatif, naik 0,3%, lebih tinggi dari perkiraan 0,2%.

Secara terpisah, klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara mencapai 230.000 untuk minggu yang berakhir pada 7 September, sejalan dengan perkiraan pasar.

Laporan tersebut mengikuti data tingkat pengangguran yang menurun jadi 4,2% pada Agustus dari level tertinggi hampir tiga tahun sebesar 4,3% yang dicapai pada Juli lalu dan inflasi dasar yang mengindikasikan adanya kekakuan bulan lalu.

Kombinasi pasar tenaga kerja yang cukup stabil dan tren inflasi yang melandai semakin memperkecil kemungkinan Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) pada pekan depan.

Namun, pasar berharap The Fed minimal melakukan pemangkasan dengan soft landing. Menurut perhitungan CME FedWatch Tool, kini pasar melihat peluang pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bp ke level 5,00%- 5,25% sebesar 50%.

Namun, pelaku pasar yang memprediksi suku bunga The Fed dipangkas sebesar 50 bp ke level 4,75%-5,00% juga mencapai 50%, sehingga probabilitasnya seimbang untuk saat ini.

Sebelumnya, The Fed akan menggelar pertemuan edisi September pada pekan depan tepatnya pada Selasa hingga Rabu waktu setempat dan hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*